Powered By Blogger

Sabtu, 29 Juni 2013

Release BEM Se-Bogor

Pres Release BEM Se-Bogor 2013
Tangal            : 17 Februari 2013 
Tempat          : Lapangan Sempur 
Kegiatan        : Sosialisasi Pemilihan Gubernur Jawa barat dan Wakil Jawa Barat 

                   Aksi Sosialisasi ini merupakan rangkaian kegiatan dari Aliansi BEM Se-Bogor yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai Pemilihan Gubernur 2013 dan mengajak kepada masyarakat luas khususnya di Area Car Free Day untuk menggunakan hak pilihnya. Kegiatan ini merupakan Joint Program antara Komisi Pemilihan Umum (KPU) bersama dengan aliansi BEM Se-Bogor. Ada dua konten acara yang ada di dalam rangkaian kegiatan ini, yaitu Senam bersama masyarakat dan Aksi ceria pencerdasan pilgub. Ada tujuh kampus yang menghadiri kegiatan kali ini, antara lain BEM KM IPB, BEM Diploma, BEM STIE Pandu Madania, BEM STEI Tazkia, BEM Sekolah Tinggi Teknik Industri Farmasi, BEM Universitas Juanda, BEM Akademi Telekomunikasi. Dengan keseluruhan massa kegiatan ini berjumlah 74 orang. 
             Kegiatan ini diawali dengan senam bersama masyarakat pada pukul 07.00 WIB. Beberapa perwakilan mahasiswa dari masing-masing kampus mengikuti senam bersama ini dan sisanya menyebarkan leaflet kepada masyarakat yang sedang berolahraga di area Car Free Day dan Lapangan Sempur. Perwakilan dari mahasiswa IPB berasal dari Kastrat BEM TPB dan Pejuang IPB Political School Jilid 4 yang sebelumnya telah resmi dilantik. Sebelumnya, peserta dalam kegiatan ini bersama Kebijakan Daerah BEM KM IPB berkumpul di bank BNI Dramaga dan berangkat secara bersama menggunakan angkutan kota. Perwakilan dari IPB seketika bergabung dengan kegiatan senam dan beberapa menyebar leaflet. Selain itu, pada akhir kegiatan senam bersama dihadiahkan doorprize kepada masyarakat yang dapat menjawab pertanyaan seputar Pemilihan Gubernur 2013. 
                Mahasiswa dari Aliansi Bem Se-Bogor yang bertugas leaflet juga melakukan wawancara dan mengingatkan kepada masyarakat yang berada di Area Car Free Day mengenai Pilgub 2013. Masyarakat diwawancarai berkaitan terdaftarnya nama di Tempat Pemungutan Suara (TPS) terdekat. Proses sosialisasi digelar terpusat dan tersebar pada tenda KPU yang berada di sisi lapangan sempur, dengan pembawa acara yang juga memberikan hadiah kepada masyarakat sekitar yang dapat menjawab pertanyaan seputar pemilihan gubernur. Sosialisasi yang tersebar di beberapa titik juga dilakukan dengan memberitahukan bahwa pemilihan dilakukan dengan cara yang berbeda, yaitu dicoblos dan bukan dicontreng, memberitahukan kepada masyarakat bahwa ada lima pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur. Aksi ini dilakukan dengan sangat hati-hati dengan tidak memperbolehkan massa aksi ceria melakukan sosialisasi yang terdapat unsur kampanye atau memihak salah satu pasangan. Selain dilakukan dengan wawancara, sosialisasi juga dilakukan dengan beberapa orang yang melaksanakan pantomim dan mengingatkan masyarakat berkaitan dengan pilgub 2013. 
                   Setelah kegiatan aksi ceria usai, seluruh massa aksi dari Aliansi Bem Se-Bogor beranjak menuju kantor KPU kota Bogor untuk melaksanakan acara makan bersama dan menerima materi dari pihak KPU. Materi yang disampaikan berisi penguatan berkaitan dengan Pemilihan Umum pada umumnya agar selanjutnya mampu membantu KPU untuk menginformasikan kepada masyarakat luas. Pada acara ini ketua KPU kota Bogor, yaitu Bapak Agus Teguh berkesempatan menyampaikan pesan-pesan moral kepada mahasiswa. Menurut Bapak Agus, “Mahasiswa memang sudah seharusnya berada di garda terdepan untuk membantu dan mengontrol perubahan, setiap angkatan dan setiap generasi mempunyai agenda perjuangan yang berbeda-beda. Misalnya, pada era ketika saya menjadi mahasiswa, yaitu tahun 97-98 adalah era awal reformasi, maka seluruh agenda pergerakan mengarah kesana. Maka saat ini kita telah berada pada masa konsolidasi demokrasi. Gerakan mahasiswa sudah harus mulai memainkan perannya mengawal proses konsolidasi ini berjalan dengan baik. era ’98 ketika menumbangkan rezim otoriter menjadi demokrasi adalah agenda bersama. Setelah itu ada masa transisi demokrasi, yang berkisar 10 tahun. Sehingga, menurut saya saat ini kita berada pada masa konsolidasi demokrasi. Sebagaimana saat ini masing-masing kekuatan sudah mulai menjadi bandul-bandul yang saling menguatkan dan peran mahasiswa ada didalamnya. Jadi peran kita sekarang adalah mengawal bagaimana proses suksesi kepemimpinan baik di legislatif maupun di eksekutif sebagai bagian implementasi dari demokrasi dapat dikawal dengan baik. Mahasiswa juga seharusnya mengontrol aktivitas-aktivitas, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu dan peserta pemilu. Hal ini penting dikarenakan KPU, Panwaslu, dan masyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan dapat menguatkan”. Usai pemberian materi tersebut, mahasiswa dari Aliansi BEM Se-Bogor sangat antusias dalam bertanya. Terdapat pembagian doorprize dan bingkisan dari KPU Kota Bogor yang diberikan kepada mahasiswa. Kegiatan ini merupakan awal kerja sama yang baik bersama KPU Kota Bogor untuk berupaya menekan angka golput yang ada di masyarakat. Dengan meningkatnya kepahaman masyarakat terhadap proses demokrasi, diharapkan masyarakat lebih paham mengenai hak pilihnya dan menggunakannya secara bijak untu terwujudnya kepemimpinan di negeri ini yang lebih baik. 

Elva Lestari, staff kebijakan daerah IPB 
BEM Se-Bogor 2013

Jumat, 28 Juni 2013

Release BEM Se-Bogor

Pres Realise BEM Se-Bogor
Tangal      : 13 Februari 2013
Tempat     : Tugu Kujang
Kegiatan   : Aksi “Cerdas Pemilu Gubernur”
           Keunggulan "Golput" pada Pilkada Jawa Barat untuk Pemilihan Gubernur tahun ini tidak boleh berulang. Jumlah warga yang tak menggunakan hak pilih pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jabar 2008 mencapai 9.130.604 suara, melebihi perolehan masing-masing ketiga pasangan peserta Pilgub. Angka golput mengalahkan perolehan suara Gubernur Jabar Terpilih yang meraih 7.287.647 suara (40,50 persen). Berdasarkan Daftar Pemilih Tetap (DPT ) terkoreksi jumlah pemilih Pilkada Jabar sebanyak 27.933.259, dengan jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya sebanyak 18.802.665 orang. Dari jumlah itu suara sah sebanyak 17.996.105 suara dan suara tidak sah 806.560 suara. Sedangkan untuk Pemilihan Gubernur pada tahun 2013 ini jumlah pemilih diperkirakan mencapai 33 juta. Kenyataan ini sungguh ironi, mengingat negara kita adalah negara yang menganut demokrasi dimana setiap warga negara mempunyai kesempatan untuk menentukan perubahan yang ada di perubahan. (sumber : KPU Prov. Jabar)
              Pemilihan Gubernur Jawa Barat kali ini, telah memasuki masa-masa kampanye dan sedang menanti detik-detik menuju hari pemungutan suara yang akan dilaksanakan pada hari Minggu (24/2). Beberapa upaya telah dan akan dilakukan oleh kelima pasangan calon yang berkompetisi untuk menarik hati masyarakat dengan visi-misi dan program kerja mereka untuk Jawa Barat. Agaknya masa dua minggu kampanye memang tidak cukup bagi kita untuk menilai kelayakan mereka untuk menjadi pemimpin Jawa Barat selama periode lima tahun kedepan. Dilain hal, Masyarakat Jawa Barat belum semuanya merasakan atmosfer menjelang Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013. Masih banyak dari kalangan masyarakat kita yang tidak mengerti siapa saja pasangan calon yang ada pada pemilihan gubernur nanti. Sebagian lagi masih belum mengetahui apakah akan menggunakan hak pilihnya atau tidak. Jika melihat angka golput yang bergulir pada Pemilihan Gubernur pada periode yang lalu, agaknya presentase angka golput tidak akan jauh dari 30%.
            Dalam rangka mengambil peranannya dalam setiap proses perubahan yang terjadi di negeri ini, maka Aliansi BEM Se-Bogor menggelar kegiatan Aksi Sosialisasi “Cerdas Pilgub Jabar 2013”. Aksi ini diadakan pada hari Rabu (13/2), bertempat di Tugu Kujang. Pelaksanaan Aksi dimulai pada pukul 14.30 hingga pukul 15.30. Massa Aksi dihadiri oleh beberapa kampus yang tergabung dalam BEM Se-Bogor, diantaranya adalah BEM KM IPB, BEM Diploma IPB, BEM Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Kesatuan, BEM Akademi Kimia Analis (AKA), BEM Akademi Telekomunikasi, BEM Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Tazkia, BEM Universitas Juanda, BEM Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Pandu Madania. Kegiatan ini berlangsung dengan beberapa konten kegiatan, yaitu penyebaran leaflet sosialisasi Pilgub, Orasi dari masing-masing perwakilan Perguruan Tinggi, dan Membentangkan Poster Ajakan Menggunakan Hak Pilih. Dalam Orasinya, coordinator BEM Se-Bogor mengajak masyarakat untuk memerangi kemungkinan money politic dan Golput. Jumlah keseluruhan masa aksi yang hadir pada kegiatan ini adalah 25 orang. Beberapa media massa juga hadir meliput kegiatan ini, diantaranya Radar Bogor, Bogor plus, dan Jurnal Bogor. Dalam Pelaksanaannya Aksi ini berjalan dengan tertib sesuai dengan yang direncanakan. 

Hidup Mahasiswa !
Koordinator BEM Se-Bogor CP : Muh Firmansyah (085717284812) | @m_firmansy

Menuju Jawa Barat 1, Nyalakan Nuranimu !

Pada minggu, 24 februari 2013 mendatang, pemimpin Jawa Barat untuk periode 5 tahun ke depan akan ditentukan. Pemilihan gubernur akan dilaksanakan di seluruh Tempat Pemungutan Suara (TPS) di setiap kelurahan yang ada. Secara keseluruhan terdapat empat pasang calon dari partai politik, dan satu pasang calon yang merupakan calon independen yang akan memperebutkan hati rakyat Jawa Barat. Banyak pihak menyebutkan bahwa, Pesta demokrasi di Provinsi Jawa Barat periode 2013-2018 diibaratkan sebagai "perang bintang". Hal ini dikarenakan, terdapat calon gubernur/wakil gubernur yang berprofesi sebagai politikus sekaligus artis. Beberapa artis sekaligus politikus yang ikut meramaikan Pilgub Jabar adalah Wakil Gubernur Jawa Barat Yusuf Macan Effendi atau Dede Yusuf, anggota DPR RI Rieke Dyah Pitaloka, dan juga yang terakhir ialah aktor sekaligus sutradara Deddy Mizw Fenomena selebriti dalam pemilihan umum ini bukanlah hal yang baru terjadi di dunia politik Indonesia. Salah satu diantara banyak alasan, Fenomena selebriti jadi politisi adalah dikarenakan kemampuan mereka mendulang suara yang tinggi. Hal ini bisa jadi benar karena penampilannya sebagai public figure sangat membantu masyarakat untuk mengetahui siapa dia. Karena mereka telah lebih banyak dikenal oleh masyarakt melalui media hiburan. Hal ini sangat rasional untuk terjadi, mengingat setiap calon harus mampu merebut hati masyarakat dari berbagai kalangan, baik ibu rumah tangga, Pegawai Negeri Sipil (PNS), wiraswasta, pemilih muda dan sebagainya. Selebriti sudah pasti memiiliki keunggulan dalam hal ini. Dilain hal, masyarakat memiliki kecenderungan tersendiri dalam memilih calon pemimpin yang ada. Ada banyak faktor yang akan mempengaruhi mereka, diantaranya adalah visi dan misi peserta, program kerja peserta; track record peserta; dan sebagainya. Yang dikhawatirkan adalah masyarakat memilih cagub/cawagub berdasarkan sosok yang dikemas oleh media, tanpa mengetahui visi misinya, program yang diusung, dan track record mereka. Selebriti tentu memenangkan pertarungan ini jika semua poin hanya dinilai dari citra. Kondisi yang diharapkan adalah pemilih memilih berdasarkan program kerja yang direncanakan sebagai alasan utama dan track record yang melekat pada sosok pemimpin tersebut. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa visi, misi, dan program pembangunan merupakan hal yang penting. kenyataan ini menunjukkan bahwa masih ada kesempatan bagi pasangan calon yang bukan merupakan selebriti untuk merebut hati masyarakat. Namun perlu perjuangan lebih keras bagi mereka dalam hal kampanye untuk masyarakat. Terlepas dari apakah mereka selebriti atau bukan, pemimpin jawa barat nantinya akan dihadapkan pada berbagai tantangan dan persoalan yang ada di Jawa Barat. Banyak sekali tantangan yang harus diselesaikan di Jawa Barat, diantaranya Penataan ruang, kemiskinan, maslah lingkungan, transportasi, dan masih banyak lagi. Pada akhirnya masyarakat harus menyalakan nurani nya untuk benar-benar memilih pemimpin yang baik. Bukan sekedar memilih tanpa berpikir apa yang akan terjadi. Selain itu, sebagai bentuk partisipasi kita mensukseskan pilgub ini, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan, yaitu ikut mengkampanyekan anti golput sebagai bentuk kepedulian kita terhadap nasib Jawa Barat. Masyarakat juga harus bersama-sama berkomitmen untuk menolak berbagai bentuk kecurangan dan Money politic yang sudah sangat memuakkan. Barangkali money politic sudah menjadi hal yang tidak tabu lagi dalam dunia politik kita. Akan tetapi, masyarakat saat ini seharusnya sudah lebih cerdas untuk menolak hal tersebut. Selain itu pengawalan berbagai bentuk kecurangan tidak hanya menjadi tugas KPU. Pengawalan ini juga menjadi tanggung jawab masyarakat bersama dalam rangka menjalankan fungsi kontrol sosial. Program sukses pilgub ini tidak hanya milik Komisi Pemilihan Umum (KPU) belaka tapi sukses pilgub ini juga milik masyarakat Jawa Barat. Tentunya seluruh masyarakat mengharapkan perbaikan di lingkungan Jawa Barat. Selamat Melaksanakan Pesta Demokrasi ! semoga pemimpin yang terpilih nantinya adalah sosok pemimpin yang selama ini kita nantikan dengan kejujurannya, akhlaknya, juga program perbaikan untuk lingkungan jawa barat.
 Penulis : Muh. Firmansyah @m_firmansy Mentri Kebijakan Daerah BEM KM IPB “Kreasi Untuk Negeri” 2013 Koordinator BEM Se-Bogor 2013 Tulisan ini dimuat di Radar Bogor medio Februari 2013

Selasa, 09 Agustus 2011

KOALISI DAGANG SAPI

Riuh rendah perpolitikan nasional ibarat sebuah drama sinetron. Para elit politik seolah sengaja memainkan dagelan politik yang tidak berkesudahan. Setiap hari kita disajikan dengan intrik dan adu gengsi yang terkadang kontraproduktif dengan fungsi mereka sebagai pejabat publik. Dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara semakin tidak ramah. Terlebih ketika politik dijadikan alat untuk menjatuhkan pihak lain. Kita pahami bahwasanya berbicara politik, maka selalu ada kepentingan yang diperjuangkan. Permasalahan mendasarnya kepentingan seperti apa yang diperjuangkan oleh mereka yang notabene pemangku kepentingan di republik ini. Seharusnya, kepentingan rakyatlah yang didahulukan di atas kepentingan pribadi maupun golongannya.
Isu reshufle yang menjadi topik hangat belakangan ini seakan menjadi dagangan politik yang basi. Hal ini berawal ketika pansus angket pajak digulirkan dimana koalisi dalam setgab menolak dibentuknya pansus mafia pajak. Di sisi lain, Golkar dan PKS yang dinilai sebagai partai koalisi pemerintah dianggap membelot. Meski, pansus angket mafia pajak batal dilakukan, partai pemerintah seakan tidak nyaman dengan kondisi ini. Berbagai jurus pun dipertunjukkan. Salah satunya dengan isu reshufle menteri di kabinet. Tidak ada yang salah dengan reshufle. Sesungguhnya itu hak prerogatif presiden dalam menentukan siapa yang berhak menjadi pembantunya.
Namun persoalannya tidak sesederhana itu. Sistem politik Indonesia yang multipartai ternyata incompatible dengan sistem presidensial. Di satu sisi, presiden memiliki legitimasi yang kuat, tetapi keputusannya selalu disandera oleh parlemen. Untuk mengakomodasi berbagai kepentingan, maka kabinet yang disusun akhirnya berdasarkan kompromi politik. Pemerintah mencoba membuat koalisi untuk mendukung pemerintah dalam menjalankan programnya. Sebagai imbalannya, setiap parpol yang tergabung dalam koalisi akan diberi jatah mencicipi manisnya kursi menteri. Tidak peduli apakah kader yang dititipkan parpol itu memiliki kompetensi dan kapabilitas yang mapan dalam memimpin suatu kementrian. Menjadi hal biasa ketika UKP4R menilai masih banyak kementrian yang belum bekerja optimal. Koalisi hanya basa-basi politik untuk menjamin status quo di dalam gemerlapnya kekuasaan.
Presiden sebagai kepala pemerintahan seharusnya berkoalisi dengan rakyat. Isu reshufle yang digulirkan sepatutnya karena ingin menjawab keresahan publik sehingga ada penyegaran dalam konstelasi politk nasional. Bukan sekedar politik gertak untuk menakuti pihak lawan. Koalisi yang dibangun seharusnya untuk kepentingan rakyat. Sesungguhnya rakyat sudah sangat muak dengan politik yang tidak memiliki substansi. Rakyat rindu untuk hidup adil dan sejahtera seutuhnya. Sudah saatnya pemerintah mengikuti kehendak rakyat. Presiden memiliki bergaining position yang kuat dalam hal legeitimasi yang bisa dijadikan pijakan dalam mengambil setiap keputusan krusial. Presiden harus tangkas dan kuat dalam setiap keputusannya sehingga tidak terombang-ambing oleh politik dagang sapi parlemen.Sesungguhnya kita bangsa yang besar, Indonesia Raya..

Achmad Syaifuddin
Koordinator BEM Se Bogor