Powered By Blogger

Kamis, 17 Juni 2010

Sahabat Ksatria: Kepemimpinan yang melayani

Oleh
Hendra Etri Gunawan*

Inilah gerak kami, gerak yang didasari keinginan untuk memberi, bukan menerima karena Allah lah yang Maha Kaya.
(Potongan kalimat dari Idealisme Sahabat Ksatria)

Telah terukir dalam sejarah, disaat sahabat Umar Bin Khatab berjalan-jalan keluar singgasananya dimalam hari. Hal ini seringkali Ia lakukan guna melihat langsung kondisi rakyatnya. Hingga suatu malam Ia mendapati seorang ibu dan anaknya yang sedang menangis. Ternyata sudah beberapa hari ibu dan anak tersebut tidak merasakan nikmatnya makanan. Tanpa berpanjang pikir, Ia pun langsung menuju gudang penyimpanan bahan makanan dan mengambil sekarung gandum. Ia memanggul sekarung gandum itu sendiri tanpa mau merepotkan anak buahnya yang mungkin saat itu sudah tertidur. Sesampainya kembali di rumah si anak dan ibu, sang khalifah langsung memasakan gandum yang dibawanya agar dapat dinikmati. Sebuah nilai pelayanan yang mendalam. Umar bukan sekedar membawakan gandum dari gudang penyimpanan bahan makanan tapi juga memasakan gandum tsb hingga dapat dinikmati si ibu dan anak.

Membicarakan kepemimpinan yang melayani di negri ini memang seringkali hanya menjadi wacana. Karena pada kenyataannya, para pemimpin kita sudah terbiasa tuk menjadi pejabat formal yang selalu menuntut tuk dapat dilayani. Miris, tatkala melihat barisan mobil mewah dengan barisan pengawal yang ketat melintasi jalan-jalan umum. Kaca mobilnya tertutup dengan rapat, seakan menggambarkan sebuah ke-jijik-an melihat rakyatnya yang dahulu memilihnya.

Menjadi pemimpin yang melayani (Servant Leadership) memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Karena menjadi pemimpin bukan sekedar adanya jabatan formal. Disaat kita bersedia menjadi pemimpin, maka kitapun harus bersedia membuka seluas-luasnya hak-hak privasi kita untuk orang orang lain. Disinilah beratnya. Kita akan selalu dituntut tuk dapat memberi, kapanpun dan dimanapun, disaat punya ataupun tidak, disaat lapang taupun sempit.

Pada tulisan ini, penulis mencoba tuk memaparkan sebuah buku yang sangat menarik. Buku yang berjudul Leadership by The Book (LTB) ini ditulis oleh Dr. Kenneth Blanchard dan kawan kawan. Buku ini membahas tentang kepemimpinan yang melayani dari tiga aspek yaitu HATI yang melayani (servant HEART), KEPALA atau pikiran yang melayani (servant HEAD), dan TANGAN yang melayani (servant HANDS).

Hati Yang Melayani (Karakter Kepemimpinan)
Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam dan kemudian bergerak ke luar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin sejati dan diterima oleh orang-orang yang dipimpinnya. Paling tidak menurut Ken Blanchard dan kawan-kawan, ada sejumlah ciri-ciri dan nilai yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani, yaitu:

Tujuan paling utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongannya tetapi justru kepentingan publik yang dipimpinnya. Seorang pemimpin sejati justru memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan mereka yang dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelompoknya. Hal ini sejalan dengan buku yang ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing the Leaders Around You. Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk membangun orang-orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.

Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya. Seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas (accountable). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik atau kepada setiap anggota organisasinya.

Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikan ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan publik atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat. Seorang pemimpin sejati selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri dan tidak mudah emosi.

Kepala Yang Melayani (Metoda Kepemimpinan)
Seorang pemimpin sejati tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tetapi juga harus memiliki serangkaian metoda kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas dari aspek yang pertama, tetapi ketika menjadi pemimpin formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metoda kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin karismatik ataupun pemimpin yang menjadi simbol perjuangan rakyat, seperti Corazon Aquino, Nelson Mandela, Abdurrahman Wahid, bahkan mungkin Mahatma Gandhi, dan masih banyak lagi menjadi pemimpin yang tidak efektif ketika menjabat secara formal menjadi presiden. Hal ini karena mereka tidak memiliki metoda kepemimpinan yang diperlukan untuk mengelola mereka yang dipimpinnya. Tidak banyak pemimpin yang memiliki kemampuan metoda kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah-sekolah formal. Ada tiga hal penting dalam metoda kepemimpinan, yaitu:

Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas. Visi ini merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut. Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates change more powerfully than a clear vision. Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner, yaitu memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk membawa orang-orang atau organisasi yang dipimpinnya menuju suatu tujuan (goal) yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar, serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bisa bertahan sampai beberapa generasi.

Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang sangat responsive. Artinya dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan dan impian dari mereka yang dipimpinnya. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi organisasinya. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang-orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki kemampuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya, dan sebagainya), melakukan kegiatan sehari-hari (monitoring dan pengendalian), dan mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.

Tangan Yang Melayani (Perilaku Kepemimpinan)
Pemimpin sejati bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki kemampuan dalam metoda kepemimpinan, tetapi dia harus menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard tersebut disebutkan ada empat perilaku seorang pemimpin, yaitu:

Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpinnya, tetapi sungguh-sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk mengharap ridho Allah SWT. Artinya dia hidup dalam perilaku yang sejalan dengan perintah dan larangan Nya. Dia memiliki misi untuk senantiasa mencari rahmat Allah SWT dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan dan diperbuatnya.

Pemimpin sejati fokus pada hal-hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tetapi untuk melayani sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata. Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek, baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dan sebagainya. Setiap hari senantiasi menyelaraskan (recalibrating) dirinya terhadap komitmen untuk mencari ridho Allah SWT dan melayani sesama. Melalui solitude (keheningan), dan prayer (doa)

Demikian kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard dan kawan-kawan. Sebuah model kepemimpinan yang hari ini dirindukan negri ini. Tapi tidaklah baik, disaat kita hanya mencaci kegelapan tanpa mencoba menyalakan lilin. Perubahan demi perubahan akan kita dapati. Mencoba tuk terus belajar dan belajar guna melakukan perbaikan-perbaikan sederhana. Dimulai dari perubahan paradigma. Karena mahasiswa pada dasarnya adalah iron stock yang nantinya akan menempati berbagai posisi penting di negri ini. Jika paradigm atau pola pikir kita sudah dididik lurus, maka disaat nanti kita menjadi pemimpi-pemimpin negri, kita pun akan melakukan perilaku-perilaku yang baik pula.


*Kordinator BEM se Bogor

Tidak ada komentar: