Powered By Blogger

Selasa, 02 November 2010

76 Persen Mahasiswa Pertanyakan Kinerja BEM

“Selama ini orang cukup identik dengan BEM pelopor demo, namun jika di publikasikan lebih lanjut BEM berperan aktif di lingkungan masyarakat. Hal itu masuk dalam program mahasiswa tanggap bencana (mahacana),” ucap Hendra E.G. Kordinator BEM se Bogor.

Jurnal Bogor, 1 April 2010
Rubrik: Studenta

Tak heran jika di berbagai media massa kita menyaksikan mahasiswa berdemo mempersoalkan nasib bangsa dan Badang Eksekutif Mahasiswa (BEM) menjadi salah satu pelopor pergerakannya. Namun cukup disayangkan keadaan tersebut dipertanyakan oleh banyak mahasiswa.

Tim Studenta menyebar kuisioner kepada 72 mahasiswa diberbagai perguruan tinggi Bogor. 76 persen mempertanyakan kinerja BEM sebagai aspirator mahasiswa di kampus. Ketika biaya semester yang trus melonjak setiap tahun, sarana dan prasarana kuliah yang belum menunjang hingga dosen ngaret, kepada siapa harus mengadu?

Sebagai kalangan eksekutif mahasiswa, BEM dikenal sebagai salah satu organisasi resmi yang berfungsi sebagai wadah pergerakan dan aspirasi mahasiswa di kampus. Dengan adanya BEM, diharapkan berbagai macam aspirasi yang muncul dari mahasiswa dapat tersampaikan dan terealisasi bukti nyatanya. Namun, apakah selama ini eksistensi BEM di mata mahasiswa sudah menjadi aspirator yang baik dalam mengurusi urusan internal kampus?

Rizki Praba, mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) menilai kinerja BEM sebagai wadah aspirator mahasiswa belum terlihat hasilnya. “Saya sendiri gak tau hasil dari apa yang dikerjakan BEM selama ini, mungkin mereka sudah mengerjakan sesuatu tetapi tidak terlihat kerjanya oleh mahasiswa yang lain,” tuturnya. Ia menambahkan, kinerja BEM sampai saat ini masih belum maksimal sebagai pembantu mahasiswa dalam urusan internal kampus. “Jangan ngurusin dunia luar aja dengan ikut-ikutan demo kalau bisa perhatikan juga urusan internal kampus seperti sarana dan prasarana kampus yang kurang baik,” tandasnya.

Sementara itu, Arini, mahasiswi IPB yang lain menganggap kinerja BEM selama ini telah cukup membantu mahasiswa. “Mereka cukup membantu ketika mempublikasikan informasi beasiswa, walaupun saya akui kinerja dari apa yang mereka kerjakan sebagai tempat penyampai aspirasi mahasiswa belum terlihat jelas hasilnya,” ucapnya. Ia pun tidak setuju jika BEM dihapuskan. “Saya sangat tidak setuju kalau BEM ditiadakan. Terus yang jadi aspirator mahasiswa siapa?” tanya perempuan berkacamata ini.

Ketua BEM se-Bogor, Hendra Etri Gunawan menilai kinerja BEM sebagai lembaga aspirator mahasiswa cukup efektif. Berbagai permasalah di kampus di-follow up oleh BEM kemudian diajukan penyelesainnya dengan berdiskusi dengan pihak rektorat. Namun kendalanya adalah selama ini sering terjadi miss communication antara BEM dan mahasiswa yang menyebabkan kinerja BEM dipertanyakan. Menurutnya, BEM merupakan lembaga resmi kampus yang berperan sebagai kontrol sosial. “Sebagai lembaga aspirasi mahasiswa, BEM sangat memperhatikan kepentingan mahasiswa. Misalnya dalam hal kebijakan kampus yang kurang berkenan bagi mahasiswa, BEM melakukan diskusi dengan rektorat untuk mencari jalan tengah dari permasalahan tersebut,” terang Hendra sapaannya.

Sebagai kordinator BEM se-Bogor yang baru, Hendra mengusung program kerja berbasis gerakan vertikal dan gerakan horizontal. Gerakan vertikal mengarah pada aksi dan audiensi, sedangkan gerakan horizontal merupakan bentuk nyata kepedulian BEM terhadap masyarakat.

“Selama ini orang cukup identik dengan BEM pelopor demo, namun jika di publikasikan lebih lanjut BEM berperan aktif di lingkungan masyarakat. Hal itu masuk dalam program mahasiswa tanggap bencana (mahacana),” ucap Hendra.

Kenis | Cipta
redaksi@jurnalbogor.com

Tidak ada komentar: