Powered By Blogger

Selasa, 02 November 2010

Ketika Mahasiswa Menuntut “Kebangkitan”

“Indonesia masih berkutat dengan masalah sama, tidak banyak peruabahn yang dilakukan pemerintah. Misalnya dalam ruang lingkup Kota Bogor ini, tak jarang kita menyaksikan pengemis yang berkeliaran pusat keramaian dan kemacetan, dan yang lebih mengenaskan, di kota hujan ini kita dapat menyaksikan si kaya tambah jaya, dan si miskin semakin merana,” ungkap Hendra Etri Gunawan Koordinator BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) se-Bogor kepada Studenta kemarin

Jurnal Bogor, 20 May 2010
Rubrik: Studenta

Bogor - Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) diwarnai beragam aksi oleh mahasiswa. Sebagian mahasiswa menilai Harkitnas hanya perhelatan tahunan yang tidak memeberikan perubahan, namun dipihak lain mahasiswa optimis bahwa peringatan Harkitnas adalah semangat baru menuju kebangkitan. Bangkit dari kemiskinan, kebodohan, keterpurukan dan ketidakadilan.

“Indonesia masih berkutat dengan masalah sama, tidak banyak peruabahn yang dilakukan pemerintah. Misalnya dalam ruang lingkup Kota Bogor ini, tak jarang kita menyaksikan pengemis yang berkeliaran pusat keramaian dan kemacetan, dan yang lebih mengenaskan, di kota hujan ini kita dapat menyaksikan si kaya tambah jaya, dan si miskin semakin merana,” ungkap Hendra Etri Gunawan Koordinator BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) se-Bogor kepada Studenta kemarin. Menurutnya pemerintah seakan lupa bahwa Bogor adalah kota hujan yang subur dengan pertanian, untuk itu mengapa bukan pendidikan pertanian dan pembangunan desa yang ditingkatkan.

Sementara itu, Rizal Purwa Ilmiawan, ketua BEM Diploma IPB mengatakan mahasiswa memiliki peran penting dalam kebangkitan. “Meskipun mahasiswa belum cukup kontribusi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan, namun setidaknya mahasiswa mengawal kebijakan dan bergerak horizontal dalam kemasyarakatan melalui pembinaan masyarakat desa,” terangnya.

Pada momentum Harkitnas ini, Rizal pun mempertanyakan kejelasan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP) yang belum jelas institusionalnya. “Negara Indonesia ini masih labih terhadap hokum, meskipun dalam undang-undang sudah dicantumkan bahwa hukum diberlakukan tanpa pandang bulu, namun pada pelaksanaannya masih tetap diragukan,” ujar Rizal. Dirinya menambahkan, permasalahan di Indonsia ini cukup komplit dan beragam, untuk itu mahasiswa sebagai makhluk intelektual dituntut untuk mampu bergerak dengan totalitas tinggi mengisi kemerdekaan dengan kemandirian sesuai dengan kemampuan masing-masing.

The conclusion is Days national’s evocation necessarily gets to impassion our national to build indonesian nation as the better nation. Therefore, college student role will really help deep its implement.

Devi Safitri | Maria Roberta | Diploma IPB | Editor: Kenis S
redaksi@jurnalbogor.com

Tidak ada komentar: