Powered By Blogger

Senin, 28 Juli 2008

WASPADA WABAH DBD

(BEM Se-Bogor Turun Lapang)

Curah hujan yang tinggi di Kota Bogor telah menjadikannya sebuah Kota yang sangat popular dengan julukan Kota Hujan. Namun curah hujan yang tinggi ini pula telah menjadikannya wilayah endemik bagi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Setiap tahun selalu ada penderita DBD berjatuhan di Kota Bogor, bahkan ada yang mengalami kematian.

DBD ini memang merupakan penyakit yang mematikan dan hingga saat ini belum ditemukan vaksinnya. Penderita yang sudah mencapai stadium parah dapat mengalami kematian. Penyakit ini dapt dikenali melalui gejala yang muncul di tubuh penderita, antara lain bintik-bintik merah (pendarahan ringan di pori-pori), demam tinggi, pendarahan tingkatmenengah seperti mimisan, atau bahkan pendarahan hebat seperti muntah darah dan BAB berdarah (jarang terjadi).

Akibatnya yang mengerikan telah menempatkan DBD sebagai salahsatu penyakit yang paling perlu diwaspadai, terlebih bagi Kota Bogor yang menjadi kawasan endemiknya. Karena DBD bukan tergolong penyakit yang dapat diobati, maka pendekatan solusinya lebih diutamakan pada pendekatan preventif dibandingkan kuratif. Pendekatan preventif dilakukan dengan memotong siklus vektor pembawa bibit penyakit DBD, yakni nyamuk Aedes Aegypti. Pemotongan siklus ini dapat dilakukan dengan pemberantasan sarang nyamuk, terutama di tempat-tempat potensial tergenangnya air jernih seperti bak mandi, tempayan, sumur, kolam, dan sampah-sampah yang dapat menampung air hujan.

Sehingga sudah jelas langkah-langkah yang perlu dilakukan masyarakat untuk melakukan pencegahan penyakit DBD ini adalah dengan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitarnya. Akan tetapi, masyarakat pada umumnya masih beranggapan bahwa DBD dapat dicegah dengan melakukan fogging (penyemprotan insektisida). Padahal fogging hanya mampu memberantas nyamuk-nyamuk dewasa saja, dan hanya bertahan dalam dua hari. Belum lagi efek buruknya bagi kesehatan, terlalu banyak insektisida dapat meningkatkan potensi berkembangnya zat karsinogenik (penyebab kanker) di dalam tubuh manusia. Oleh sebab itu, maka pencegahannya melalui penjagaan kebersihan rumah dan lingkungan jauh lebih diutamakan daripada fogging.

BEM Se-Bogor bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Bogor turut membantu masyarakat melalui penyuluhan dan pemantauan sarang nyamuk di seluruh kelurahan di Kota Bogor. Sebanyak 68 orang ditugaskan masing-masing di tiap kelurahan didampingi kader-kader jumantik (juru pemantau jentik) di tiap RW-nya. Melalui survey tersebut, dapat dinotifikasi beberapa permasalahan umum yang muncul di masyarakat Kota Bogor, antara lain:

1. Belum adanya sistem pembuangan sampah yang baik di Kota Bogor. Sehingga masih banyak masyarakat yang membuang sampah di sungai, atau membiarkannya bertumpuk di suatu tempat yang berpotensi menimbulkan bibit penyakit, termasuk DBD.

2. Belum adanya kesadaran dan pemahaman umum masyarakat untuk bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan rumahnya.

3. Kurang terberdayakannya kader pemberantasan sarang nyamuk karena masalah keterbatasan honor dari pemerintah daerah.

4. Kurang terberdayakannya pemerintah setempat (RW dan RT) dalam mendukung terwujudnya lingkungan yang bersih dari sarang nyamuk dan bibit penyakit lain.

Tidak ada komentar: